ELVIE “PELAJAR PANCASILA MENYATUKAN KITA”

 

Disebuah sekolah menengah yang siswanya mayoritas putra, ya bisa ditebak ini adalah STM. Sekolah yang terkenal dengan tawurannya. Namun, terdapat sebuah kisah menyenangkan yang tidak diketahui dunia.

Kisah ini berawal dari Mahalia yang biasa dipanggil Lia, seorang siswi berpenampilan cupu yang tidak terkenal bahkan kehadirannya pun tidak disadari. Lalu ada si tampan Gamaliel yang bisa dipanggil El, ia sangatlah terkenal dengan ketampanan dan talentanya, apalagi ia adalah pelet bagi wanita-wanita di sekolah. Namun dibalik ketampanan EL, dia tidak pernah bertemu orang tuanya dan hanya tinggal bersama nenek dan kakenya. Dan yang terakhir, ada siswa yang ketampanannya bisa menyaingi El namun ia terkenal akan juaranya masuk keluar BK namanya Xavier, orang-orang memanggilnya Ketua Vie. Dia adalah ketua geng Grim Reaper.

Bel istirahat berbunyi menandakan waktunya istirahat, seperti biasa Lia duduk menyendiri di depan kelas, memakan bekalnya yang amat lezat walaupun sederahana. Tiba-tiba, Lia mendengar suara gaduh dari belakang kelas. Lia yang penasaran pun meninggalkan bekalnya dan bergegas ke belakang kelas. Ternyata disana ada Vie dan teman-temannya, Lia lalu menguping pembicaraan mereka, karena Lia tau mereka pasti merencanakan sebuah konspirasi.

“Aku udah gak tahan lagi ketua, mereka anggap kita remeh,” kata salah satu anggota Grim Reaper.

Vie yang juga sudah muak pun mencari akal.

“Bagaimana kalau sepulang sekolah ini kita serang geng Romusa itu, aku sudah muak dengan mereka, mereka mau main api dengan kita,” sahut Vie

Lia yang mendengar pembicaraan itu pun kaget dan sontak ia berteriak, “Jangan tawuran woy!”

Seluruh mata pun tertuju pada Lia, mereka menatap Lia dengan tajam. Lia hanya terdiam dan berkeringat dingin sambil memikirkan mengapa ia berteriak. Namun ditengah dinginnya suasana itu, Vie tertawa.

“Hahahaha, dasar cupu! Jangan ikut campur urusan kita deh, emang lu mau apa kalau kita tawuran?” kata Vie sambil menertawakan Lia bersama temannya.

Lia lalu mengumpulkan keberanian dan berkata, “Buat apa kalian tawuran gitu? Gak ada untungnya tau! Mending kalian jadi Pelajar Pancasila yang lebih berguna dan bermanfaat!”

“Halah banyak bacot!” setelah Vie berkata seperti itu tiba-tiba terdengar suara PLAKKKK, Vie menampar Lia. Tidak sampai disitu saja, agar rencana mereka tidak ketahuan, mereka memukul kepala Lia dan akhirnya ia terjatuh pingsan. Lebih jahatnya lagi, mereka meninggalkan Lia sendiri disana…

Suara pukulan yang sangat keras itu ternyata terdengar oleh El yang sedang membaca buku dikelas dan ia mencari sumber suaranya. Ia mencari kesana kemari, bingung dan akhirnya sampailah ia dibelakang kelas dan melihat tubuh Lia yang sudah terkulay lemas direrumputan. Betapa terkejutnya El melihat pemandangan itu, El berlari dan berusaha menyadarkan Lia.

“Lia, MAHALIA!” El menyadarkan Lia, namun sayang usaha El sia-sia, Lia hanya terdiam tak berdaya.

Lalu El mengangkat tubuh Lia dan membawanya ke UKS. Beberapa menit kemudian, Lia tersadar dan dia langsung berkata. “El, hentikan Vie dan gengnya, mereka mau tawuran sama geng sekolah sebelah,” kata Lia

“Sabar, sabar nanti aku kasi tau mereka, sekarang kamu minum air dulu ya,” sahut El sembari memberikan Lia minum.

Lalu El bertanya pada Lia, “Kamu kenapa? Kok bisa sampe kayak gini?”

Lia pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya. El pun terkejut mendengar cerita Lia dan menyarankan untuk memberitahu kejadian ini kepada guru BK agar di tindak lanjuti.

“Itu ide yang bagus. tapi El, kita ga ada bukti untuk ngelaporin kejadian ini sama guru BK,” kata Lia

Karna perkataan Lia tadi, akhirnya mereka kembali memutar otak dan mencoba berpikir lebih kritis untuk mencari jalan keluar permasalahan tadi.

“Sebenernya permasalahan mereka apasih? Sampe mau tawuran kaya gini?” tanya El

Lalu Lia pun berkata, “Aku juga kurang tau apa masalahnya apa, tapi sekarang kita harus hentiin Vie atau gak dia bakal masuk BK lagi, kita ajak ngomong aja Vie”

El pun akhirnya menerima saran yang diajukan Lia.

Hingga waktu pulang sekolah pun tiba. El dan Lia mencoba mencari keberadaan markas geng Grim Reaper untuk mengajak Vie bicara dan menasehatinya. Dengan kerjasama yang baik antara El dan Lia akhirnya mereka menemukan lokasi markas tersebut. Mereka pun langsung bergegas menuju lokasi.

Di tengah perjalanan, mereka dikejutkan dengan adanya pertemuan geng Grim Reaper dan geng Romusa yang sudah bersiap baku hantam. Lia yang panik pun mencari jalan keluar yaitu dengan menghidupkan sirine polisi. Mendengar suara itu, kedua geng tersebut dengan cepat berlari untuk menyelamatkan diri. Dengan menggunakan ide yang tepat, mereka berdua berhasil menghentikan tawuran tersebut.

Namun sayangnya keberadaan Lia dan El terlihat oleh Vie. Keesokan harinya, Lia dan El yang sedang berdiskusi mengenai tawuran dan Pelajar Pancasila dihampiri oleh Vie. “Heh! Maksud lu apaan kemarin?!”

“Wes, slow bos, santai-santai, ayok kita bicarakan baik-baik,” El menyahut sambil mengajak Vie duduk.

Mereka pun duduk dan berbicara panjang kali lebar. Lalu Lia menjelaskan mengenai Profil Pelajar Pancasila kepada Vie dan memberi pemahaman padanya, bahwa apa yang dilakukan Vie kemarin sangatlah tidak pantas bagi kita sebagai Pelajar Pancasila di era yang modern ini.

“Kita kan sudah diajarkan untuk menjadi Pelajar Pancasila sesuai 6 dimensinya, masak kelakuanmu masih kayak gini, gak ada untungnya, cuma buang-buang tenaga aja, lebih baik kamu ambil kegiatan positif,”

Vie tidak terima, “Lu aja yang cupu, apaansih itu Pelajar Pancasila, apalagi itu 6 dimensi, gak ada gunanya, dan kegiatan positif? Lu aja yang negative Liak!”

“Begini lho Ketua Vie yang terhormat, lu tu ganteng tapi sayang gak bisa berpikir secara kritis, dengerin nih pake telinga lu! Lu sekarang tawuran udah masuk BK, bonyok pula dan apa orang-orang akan benci dan mencaci maki lu karena kelakuan buruk lu! Coba lu sekarang bayangin pake otak kecil lu, lu jadi Pelajar Pancasil lu bisa jadi panutan dan bakal dikenal baik, gak ada lagi lu masuk BK tuh yang ada lu masuk mading sekolah, Vie Sang Pelajar Pancasila yang Kreatif,” sahut El dengan kesal.

Vie yang sudah dari awal emosi, kembal tidak terima dan dia hampir saja memukul Lia, namun sayang sekali ternyata oh ternyata sebelum pukulan itu mendarat ke pipi imut Lia, pukulan itu ditepis oleh si tampan dan pemberani, El. El yang sudah emosi pun mengangkat Vie sampai kaki Vie tidak menyentuh Bumi.

“El, inget kita Pelajar Pancasila, jadi gak boleh kayak gini El” kata Lia

“Oh iya, maaf kelepasan,” sahut El sambil tertawa

“Kelepasan si kelepasan tapi gak gitu Gamaliel,” kata Vie sembari memegang lehernya.

“Sekarang lu coba renungin apa aja yang gua omongin tadi, pake otak lu buat berpikir kritis, lu tuh pinter cuma salah tempat aja!” tangkas El yang sudah emosi dengan Vie.

Vie lalu terdiam dan mencoba berpikir kritis menggunakan logikanya, “Bener juga sih kata Lia, aku cuma nambah masalah aja kalo tawuran terus, nambah bonyok aja nih muka yang udah glow in the dark kalo gua tawuran terus, gua bakal tobat!”

Kemudian, Vie berteriak pada El dan Lia yang bengong melihat muka Vie.

“Gua mau tobat!” teriak Vie

El tidak percaya, “Affah iya deck?” dengan memasang muka ragu

Mereka bertiga pun tertawa, dan membuat janji akan menjadi Pelajar Pancasila dan menyebarluaskannya pada teman-teman mereka. Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat yang saling support.

Beberapa minggu kemudian, mereka berhasil menyebarluaskan ajaran Pelajar Pancasila dengan aksi-aksi yang brutal nan bombastis ala Pelajar Pancasila. Seperti mengadakan kegiatan yang mengutamakan jiwa kreatif, mandiri, bertaqwa pada tuhan, bergotong royong, berkebhinekaan global, dan bernalar kritis. Contohnya apel pagi pada setiap jurusan, sembahyang, membuat kerajinan tangan dari bahan bekas sehingga memiliki nilai jual dan fungsi, serta kegiatan lainnya.

Dari aksi tersebut, Lia, El dan Vie disebut 3 serangkai Pancasila, karena mereka telah mengajarkan kepada siswa siswi pentingnya Pancasila dalam kehidupan pelajar saat ini. Dan sejak saat itu, STM tidak dikenal dengan sekolah yang suka tawuran lagi, namun dikenal dengan STM Pancasila yang memiliki banyak sekali prestasi akademik maupun non akademik. Dahulu STM tawuran fisik namun sekarang STM tawuran prestasi….

Beberapa bulan kemudian El, Lia dan Vie berjalan-jalan keliling sekolah. Disana Lia mengatakan hal yang sangat mengejutkan El dan Vie…

“El, Vie sebenarnya aku ini adalah mata-mata yang dikirim oleh orang tua kalian yang bertugas untuk menjaga dan menyatukan kalian”

Sontak El dan Vie kaget, “APA!”

“Ya, kalian ini saudara kembar, namun karena suatu masalah, kalian berpisah. El, kakek dan nenekmu adalah orang tua kalian berdua dan Vie yang kau anggap orang tua kandungmu itu adalah kakak dari ayahmu, dan sekolah ini, adalah milik keluarga kalian, tugasku kini telah usai, dan aku ucapkan selamat tinggal,” ungkap Lia.

El dan Vie berpelukan dan menangis, ditengah tangis mereka, Lia pergi meninggalkan saudara kembar yang sudah terpisah sejak lama itu. Sebelum Lia pergi, ia berpesan akan kembali ke STM melihat kejayaannya.

Postingan populer dari blog ini

KARIKATUR BINGUNG

Opini