Opini
Covid-19 yang telah menguasai bumi kita selama 2 tahun
telah memberikan dampak yang negative bagi berbagai bidang. Salah satunya
bidang pendidikan yang merupakan hal utama yang berdampak buruk bagi Negara
kita. Semua sekolah dari jenjang dasar sampai perguruan tinggi harus ditutup,
sehingga anak-anak harus belajar secara online dan sayang sekali tidak ada satu
pun pelajaran yang dapat terserap dan menyebabkan penurunan semangat belajar.
Hal ini menyebabkan kesulitan para peserta didik mencapai kompetensi belajar
yang mempuni seperti yang diharapkan.
Menyikapi hal diatas, Pemerintah Republik Indonesia
melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka
yang diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka
melakukan pemulihan pembelajaran selama periode 2022-2024.
Dalam kurikulum merdeka ini, tercipta profil pelajar
Pancasila yang diharapkan nantinya mampu menghasilkan profil lulusan yang
berkarakter dan memiliki kompetensi dalam keseharian yang terpatri dalam
diri setiap pelajar melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran
intrakurikuler, proyek penguatan profil pancasila, dan ekstrakurikuler yang
diharapkan akan diraih untuk menguatkan nilai nilai luhur pancasila dengan
memperhatikan factor internal dan faktor eksternal.
Profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi;
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri,
bergotong-royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Keenam
dimensi tersebut merupakan satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi
pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan penjabaran diatas masyarakat tidak perlu
resah atas perubahan kurikulum yang dicanangkan oleh menteri pendidikan
Nasional Nadiem Makarim, pemerintah akan meningkatkan kualitas pendidikan baik
dilingkungan sekolah pemerintah daerah maupun pusat. Agar semua program yang
dicanangkan berhasil, maka dilaksanakan berbagai pelatihan dalam pengembangan
Kurikulum Merdeka sehingga akan menghasilkan profil pelajar pancasila yang
diharapkan.
Sebagai seorang siswa, kami mendukung kurikulum ini
karena memberikan kebebasan kepada siswa dalam berkarya, serta dalam kurikulum
ini Pancasila bukan hanya sekedar kata tapi tindakan. Kami berharap kurikulum
ini tetap menjadi “merdeka belajar” bukannya malah menjadi “menderita belajar”
Kami juga mengharapkan dengan kurikulum ini, didukung
dengan berbagai kegiatan yang menarik kami dapat kembali semangat belajar
setelah 2 tahun padam akibat kejamnya si covid. Dengan kurikulum ini juga,
disiplin kami para siswa bisa meningkat.
Kurikulum ini akan efektif apabila dijalankan sesuai
rencana dan dijalankan dengan sebaik mungkin. Mengapa kami berkata seperti itu?
Karena masih banyak oknum yang tidak menjalankan kurikulum ini dengan sebaik
mungkin. Kami masih remaja, yang kami harapkan adalah suasana kegiatan belajar
yang menyenangkan bukan tertekan, yang malah makin membuat kami tidak paham.
Pelajar pancasila harus mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman kontemporer salah satunya dengan melek informasi dan teknologi.
Pembumian nilai Pancasila harus dibawa ke ranah 'kini' dan 'di sini'. Realita
kehidupan peserta didik yang sebagian ruang aktivitasnya berada di media sosial
dan internet, bahkan mungkin ke depannya di metaverse perlu difasilitasi dalam
kurikulum yang seharusnya benar-benar merdeka. Kemerdekaan tersebut baru bisa
tercapai dengan keterampilan literasi yang baik. Sehingga pembelajaran
Pancasila di era kini tidak boleh lagi monoton dan hanya difokuskan di arena
etika-moral.